PENGHALANG DALAM MENUNTUT ILMU
Oleh : Nafila HR (Mahasiswa STAIN Pekalongan)
Mujahid berkata: “Tidak akan memperoleh ilmu, bagi orang yang malu dan bagi orang yang sombong”.
Dari penjelasan hadis di atas, ada penghalang kesempurnaan seseorang mendapatkan ilmu. Yaitu sombong. Sombong adalah menganggap dirinya lebih dari yang lain, sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangannya. Selalu merasa lebih tinggi, lebih kaya, lebih pintar lebih dihormati, lebih mulia dan lebih beruntung dari yang lain. Maka biasanya orang seperti ini memandang orang lain lebih buruk dan rendah dari dirinya. Tidak mau memandang kelebihan orang lain. Sebab tindakan itu menurutnya sama dengan merendahkan dan menghinakan dirinya sendiri.
Sombong dapat terjadi pada semua orang, karena memiliki postur tubuh yang lebih baik, wajah rupawan, harta meluap, ilmu lebih, akal yang unggul, atau kedudukan tinggi. Dan jika seseorang menjadi sombong dikarenakan hal tersebut, maka ketahuilah bahwa orang tersebut sedang dalam tahap sakit (qolbun maridh).Maka untuk menghindari hal tersebut, seseorang harus sadar bahwa hakikatnya semua yang kita miliki itu adalah bukan milik kita. Akan tetapi anugrah dari Yang Kuasa.
Lantas, mengapa sombong menjadi penghalang dalam menuntut ilmu ?
Karena sombong merupakan sifat tercela atau akhlak mazmumah. Sifat yang harus ditinggalkan oleh si penuntut ilmu. Dengan rasa sombong, seseorang merasa sudah pintar. Seolah sudah mengetahui segalanya. Perkara yang ada, sepelik apapun itu, dia anggap enteng. Semua perkara adalah perkara ringan. Oleh karena itu, ia enggan dan malas tidak pernah bertanya. Sombong juga akan menyebabkan si penuntut ilmu merendahkan penuntut ilmu yang lain. Ilmu yang didapatnya pun menjadi tidak bermanfaat.
Sombong terdiri dari tiga macam yaitu:
- Sombong kepada Allah SWT.
- Sombong kepada Rasulullah SAW
- Sombong kepada sesama makhluk
Seperti yang dijelaskan dalam hadis di atas adalah termasuk sombong kepada sesama makhluk Allah SWT karena kesombongan dalam menuntut ilmu dilarang. Sebab ia akan menyebabkan tertolaknya kebenaran dan hilangnya keberkahan dari Allah SWT. Seseorang yang sombong akan cenderung merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Sehingga mereka akan sulit menerima nasehat atau ilmu dari guru, teman, atau yang lainnya. Orang yang sombong akan merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga tidak lagi memerlukan tambahan ilmu. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya:
“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia’. (HR. Muslim dari sahabat Ibn Mas’ud RA)
Semua kesombongan tersebut wajib dijauhkan dan dihindari karena dapat menimbulkan penyakit hati yang merusak diri sendiri dan orang lain.
Untuk itu, jauhilah sifat sombong, agar dalam menuntut ilmu mendapatkan ilmu yang optimal, dan dapat membawa keberkahan.
Mengenai sifat sombong:
- Memandang orang lain yang lebih baik daripada kita dalam hal yang lain. Misalnya: saya pandai dalam bidang ekonomi. Namun orang lain lebih pandai dalam bidang fisika.
- Selalu mengatakan bahwa Allah telah menutupi kejelekan/aib kita dimuka umum. Seandainya Allah membuka aib/kekurangan kita, pastilah orang lain akan menganggap rendah kita.
- Apabila kita melihat orang lain yang melakukan maksiat, maka kita harus berhusnudzon bahwa orang yang melakukan maksiat tadi mungkin saja tidak mengetahui kalau yang dilakukannya adalah salah.
- Bila kita melihat orang kafirpun juga tidak boleh sombong. Karena mungkin saja diakhir perjalan, mereka akan diberi hidayah oleh Allah SWT. Bahkan bisa jadi mereka akan lebih taat dari pada kita.
- Berusaha selalu bersikap tawadhu’ yaitu ketundukan kepada kebenaran dan menerima kebenaran dari siapapun.
- Dalah hal ilmu, selalu membantu teman kita yang kesulitan dalam belajar. Tidak menyembunyikan apa yang kita ketahui. Dan janganlah kita memandang diri kita berada di atas semua orang. Atau kita menganggap semua orang membutuhkan kita.
Filosofi gelas, orang sombong diibaratkan seperti gelas kosong yang di atasnya terdapat penutup. Ketika diberi air, tidak akan bisa masuk ke dalam gelas. Dan ketika gelas dibuka, ternyata isinya kosong. Yaitu nasehat/masukan/ilmu yang diberikan, tidak akan diterimanya dan ketika dibuka ternyata ilmunya kosong atau tidak bermanfaat.
Komentar Terbaru