Keadilan Buah Dari Dzikrullah
Keadilan Buah Dari Dzikrullah
(Drs. H.Nurkhan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus)
By: Abu Fanayus Istanawaliruslam
Berdasarkan KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA ‘Adil’ berarti ‘Sama berat’ ,sedangkan ‘Keadilan’ merupakan kata sifat diartikan sebagai ‘Perbuatan,Perlakuan
dan sebagainya yang adil ‘
Dengan dasar itu kiranya dapat kita artikan bahwa keadilan dalam pengertian luas adalah memperlakukan yang semestinya terhadap apa yang menjadi milik kita.
Orang yang telah mengakui suatu agama berarti pula agama tersebut sudah menjadi miliknya. Konsekuensinya maka Agama tersebut harus diperlakukan sebagaimana mestinya. Artinya ketika ajaran agama mau diwujudkan dalam kehidupan maka harus diperlakukan sesuai dengan porsi/substansinya. Tidak mengandung maksud asal dikerjakan,atau bahkan masih tebang pilih. Kalau ini yang terjadi berarti walaupun mengakui suatu agama tapi sebenarnya ia masih lebih berat untuk membebaskan (mengumbar) egoisme/nafsunya saja. Itulah kiranya mengapa dalam Islam tidak hanya mengangkat kesolehan pribadi,melainkan juga mengedepankan kesolehan sosial. Barangkali itulah keinginan sebenarnya yang dikehendaki dalam mewujudkan keadilan dalam hidup dan kehidupan. (UMMATAN WASATON LITAKUNU SYUHADA’A ‘ALAN-NAS). Dari nukilan ayat tersebut memberikan gambaran bahwa Individu Muslim di tengah-tengah masyarakat harus menjadi percontohan(tauladan) bagi semua orang, Namun bukan berarti urusan pribadi dan keluarga kedodoran. Perhatikan sabda Nbi SAW ;
1. خيركم انفعكم للنّاس(Sebaik-baik kalian adalah orang yang bermanfaat bagi manusia-manusia lain)
2.بيتي جنّبي( Rumahku adalah surgaku)
Dari keadilan yang berjalan sesuai dengan norma maka akan berakibat pada kemesraan.keharmonisan,kenyamanan,dan pola-pola kehidupan positif yang lain. Dari sikap mesra dengan sesama akan melahirkan komunikasi yang sehat serta terhindar dari miskomunikasi maupun diskomunikasi; harmonis akan memunculkan kedamaian (silaturrahim yang sempurna) sehingga dari dua pola inilah yang akan melancarkan terjadinya Transparansi (Tabligh); Jika sudah sampai pada Transparansi maka rasa nyaman-pun akan menghampirinya,serta kalau sudah nyaman akan melahirkan ketenangan jiwa ( Muthmainnah);
Jiwa yang tenang inilah yang dapat mengendalikan suasana. Ia tidak mudah terpengaruh, tidak grogi (karena terasa dibantai oleh kesalahan sendiri) dan tidak mudah terpancing oleh emosi
Bahkan jiwa yang tenang (MUTHMAINNAH) mendapatkan posisi yang tinggi disisi Allah SWT: Seperti dalam firman_Nya :
يا ايّتها النّفس المطمئنّة ارجعي الى ربّك راضية مرضيّة فادخلى فى عبادى وادخلى جنّتى
“Hai Jiwa yang tenang kembalilah kamu kepada Tuhammu dengan hati yang puas lagi diridloinNya maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku” (Q.S.Al-Fajr : 27-30)
Jiwa yang tenang adalah jiwa yang selalu didasari dengan dzikir kepada Allah SWT. Maka hanya akan menjadi setumpuk impian saja kalau ingin adil tetapi tidak pernah didasari dengan dzikrulloh (selalu mengingat Allah). Termasuk di tanah air kita tercInta ini yang seluruh lapisan bangsa selalu gembar gembor meminta keadilan. Suara-suara itu hanya akan menjadi sampel soun system yang terkeras di dunia, kalau para pemegang kekuasaan dan wewenang di negeri ini tidak pernah ingat terhadap kekuasaan Allah (dzikrulloh),Yang ada hanya berfikir bagaimana cara meraih kekayaan negara sebanyak-banyaknya, serta jelas tampak dari luar betapa mereka gelepotan kotoran bekas pesta pora menikmati kekayaan Negara. Naudzu billah.
Mudah-mudahan permainan mereka berhenti sampai disini saja, serta kita tidak boleh bosan untuk menuju yang lebih optimis dalam kerangka membangun jiwa dan raga bangsa tercinta, agar semua kembali kepada Konsep Dzikrulloh. Karena ada korelasi yang cukup signifikan antara mewujudkan Keadilan dengan intensitas (kekuatan) Dzikrulloh.
Semoga secuil renungan ini bermanfaat.
Komentar Terbaru