Jerat-jerat Semantik dalam Alquran
Jerat-jerat Semantik dalam Alquran
Oleh : Muhandis Azzuhri, Lc. MA
Pendahuluan
Bahasa Arab sebagai bahasa Alquran sangatlah dinamis. Kedinamisan bahasa Arab itu terjadi karena bahasa Arab merupakan hasil kebudayaan manusia. Manusia adalah makhluk dinamis dan kreatif yang cenderung kepada perubahan dan tidak statis. Oleh karena itu, bahasa Arab mengalami perkembangan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan manusia sebagai pemakai bahasa.[1]
A. Faktor-faktor Penyebab adanya Jerat-jerat Semantik dalam Alquran
Dinamika bahasa itu juga terjadi dalam ranah makna. Oleh karena berbagai faktor, makna kata dapat berubah atau bergeser dari makna sebelumnya. Ada dua faktor yang menyebabkan Alquran masuk dalam Jerat-jerat Semantik, yaitu faktor linguis dan faktor nonlinguis yang mencakup sejarah, iptek, sosial budaya dan pengaruh bahasa asing.
1. Faktor Linguis
Bahasa sebagai alat tutur dan komunikasi manusia yang terus berdinamika, juga ikut bergerak dan berubah seiring dengan pergerakan manusia. Oleh karenanya bahasa tidak bisa menetap dan terus berubah. Perubahan ini bisa terjadi pada aspek fonetis (أصوات), morfem (صرفى) dan sintaksis (نحوى).
a. Aspek fonetis
Dari aspek fonetis ada perubahan fonem yang mempengaruhi perubahan makna Alquran, diantaranya adalah kata الصوم yang mempunyai arti “puasa” tetapi yang terdengar adalah الثوم maka akan berubah artinya menjadi “bawang putih”, kata سريعة yang bermakna “cepat” bisa berubah maknanya karena perbedaan fonem dalam pengucapan dengan شريعة yang artinya “syariat atau undang-undang”.
b. Aspek Sintaksis (Ilmu Nahwu)
Misalnya adalah bacaan أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ dalam Qs At-Taubah: 3 yang artinya “Bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin” ayat tersebut pernah dibaca oleh seorang Qari di era Khalifah Ali bin Abu Thalib dengan bacaan أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُوْلِهُ (التوبة: 3)dengan mengkasrahkan kata رَسُوْلِهِ karena رسوله dianggap ma’tuf atau mengikuti kata sebelumnya yaitu من المشركين, adanya huruf jar yaituمِنْ jika dibaca demikian maka artinya berubah menjadi “Bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan RasulNya”. Penterjemahan seperti ini berakibat sangat fatal karena pengertiannya Rasulullah disamakan dengan orang-orang Musrik.
c. Aspek Morfologis (Ilmu Sharaf)
Kataيُذَبِّحُونَpada Qs: al-Baqarah: 49 dan Qs al-Qashash: 4 menggunakan wazan tsulatsi mazid bi harfin yang mempunyai arti “mereka kaum Fir’aun menyembelih terus menerus anak-anak Bani Israel dengan menggunakan pedang” akan berbeda maknanya kalau menggunakan tsulatshi mujarrad yaitu يَذْبَحُوْنَ bermakna “menyembelih” sekali saja tanpa dilakukan terus menerus.
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (البقرة:49)
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.
2. Faktor Sejarah
Contoh Qs Al-Baqarah : 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
Kata Alkitab dalam Qs Al-Baqarah: 2 bermakna kitab Alquran tetapi dalam perkembangan arti, “kitab” bermakna buku atau kitab itu sendiri. Di Indonesia Alkitab diistilahkan dengan Injil. Jadi kata alkitab mengalami perluasan makna bukan hanya kitab-kitab suci tetapi bermakna buku apapun dikatakan sebagai kitab.
3. Faktor Ilmu dan Teknologi
Fenomena perubahan makna akibat perkembangan IPTEK dalam bahasa Arab dapat kita lihat pada kata سيّارة dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penggunaan ketiga kata sebagai berikut.
1- قال قائل منهم لاتقتلوه يوسف فألقوه في غيبت الجب يلتقته بعض السيارة إن كنتم فاعلين (يوسف: 10).
Seseorang di antara mereka berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.”
Kata سيارة pada surat Yusuf:10 di atas berbeda dengan makna yang digunakan dewasa ini. Kata سيّارةdalam ayat itu berarti “sekelompok musafir”,karena perkembangan teknologi transportasi, kata ini sekarang berarti ‘mobil’.
4. Faktor Sosial Budaya (Social Culture Causes)
Misalnya kata “Kafir” asal katanya mempunyai makna dalam ranah pertanian الفلاح الذى يستر البذور ويغطيها yaitu petani yang menutupi biji-bijian dan menimbunnya dengan tanah. Menurut Abu Bakar arrazi dalam kitab Mukhtar Asshohhah bermakna “menutup biji-bijian dengan tanah”[2], firman Allah swt :
مَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا(الحديد :20)
Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur
5. Pengaruh Bahasa Asing
Kata قرطاس dalam Qs Al-An’am: 7 merupakan kata serapan dari bahasa asing yaitu berasal dari kata “charta” dalam bahasa Yunani dan “kartas” dalam bahasa Abyssinia (Etiopia).
وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (الأنعام:7)
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
Penutup
Ketika memahami teks suci Alquran berdasarkan kajian semantik akan banyak ditemukan satu kata yang mempunyai makna beragam, bisa juga banyak kata tetapi mempunyai hanya satu makna, dan perlu diingat bahwa Alquran adalah kitab suci yang penuh dengan bahasa majaz atau kiasan bukan bahasa dalam makna yang sebenarnya. Pemahaman secara kafah terhadap makna Alquran akan mengarah kepada pola pikir moderat sebagaimana perintah Allah Swt dalam Qs Albaqarah: 143 yang berbunyi وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikianlah Kami jadikan kalian sebagai umat yang moderat agar kalian bisa menjadi saksi bagi semua orang dan Rasul menjadi saksi buat kalian”.
Perlu diketahui bahwa Surat Al-Baqarah ada 286 ayat dan separoh dari 286 : 2 = 143. Ini menunjukkan bahwa moderat merupakan konsep yang dibenarkan menurut Islam dan konsep radikal (ghuluw/tathorruf) yang harus dijauhi oleh umat Islam, termasuk dalam memahami ayat-ayat Qur’an. Maka cara agar bisa memahami ayat Alquran dengan moderat adalah salah satunya dengan ilmu semantik karena ilmu semantik mampu menyelidiki suatu kata sampai seakar-akarnya.
Komentar Terbaru